Jihad Menurut Sayyid Qutb:
Dakwah & Amar Ma’ruf Jika Umat Islam Tidak Diperangi
Media Orang Kampung (25/6/2012) – Sayyid
Qutb, pengarang tafsir Fi dzilali al Qur’an dan bukuMa’alim
fit thariq menentang keras pendapat sebagian ulama yang menyatakan
bahwa jihad bersifat defensif. Qutb menekankan bahwa jihad fisik
itu dilakukan bila dakwah Islam dirintangi. Bila dakwah atau jihad dengan lisan
tidak dirintangi, maka jihad dengan lisan itulah yang dilakukan. Jihad dengan
lisan dan penjelasan akan mudah dilakukan jika saja antara manusia dan dakwah
ini tidak ada aral yang merintanginya, kebebasan dakwah terjamin dan merekapun
terlepas dari tekanan eksternal.
Qutb melanjutkan bahwa pada periode Mekah hingga periode
awal hijrah ke Madinah, kaum muslimin tidak diperintahkan untuk berperang.
Mereka hanya diperintahkan, “Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikan shalat dan tunaikan zakat” (An-nisa’
77). Tidak diizinkannya berperang pada periode Mekah ini, menurutnya ada
beberapa kemungkinan sebab: telah terjaminnya kebebasaan berdakwah di Mekah,
fase Mekah
adalah fase pendidikan dan persiapan serta untuk menghindari peperangan di
setiap rumah karena antara keluarga di Mekah masih banyak yang belum Islam.
Kemudian Allah mengizinkan perang dalam firman-Nya:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dansesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu)
orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar,
kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya
Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,
tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat
orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa’(QS. Al Hajj:
39-40)
Kemudian Allah mewajibkan peperangan terhadap orang-orang
yang memerangi mereka saja,“dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu...” (Al-Baqarah 190). Setelah itu Allah memerintahkan untuk
memerangi orang-orang musyrik semuanya, “dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semua..” (At-Taubah: 36)
Dikatakan pada mereka:
“Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak
mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan
Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk.”
Sayyid Qutb
mengatakan bahwa peperangan dalam Islam mengalami perkembangan yang menarik:
pertama diharamkan, lalu diizinkan, lalu diperintahkan hanya untuk orang-orang
yang memulai peperangan, kemudian terakhir diperintahkan untuk memerangi seluruh
kaum musyrik yang ada.
Sayyid Qutb
juga membantah kaidah pergerakan Islam dan Jihad, sifatnya mempertahankan diri
( ad difa’). Menurutnya orang-orang yang menyandarkan pada
alasan-alasan yang sifatnya pertahanan bagi perluasan pergerakan Islam adalah
orang-orang yang terpedaya pada serangan orientalis.
Jihad yang tidak defensif itu, merupakan landasan bagi
pemuliaan manusia di muka bumi. Untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan
kepada hamba menuju penghambaan pada Allah. Selanjutnya Qutb mengatakan : “
tidak ada diantara mereka yang berkata , saat mereka bertanya kenapa mereka
berperang: “ kami keluar untuk mempertahankan negeri kami dari ancaman musuh!”
atau kami keluar untuk menghalau musuh-musuh kami dari bangsa Persia dan
Romawi,” atau “ kami keluar untuk memperluas daerah kami dan mengeruk rampasan
yang banyak.”
Mereka berkata, “Allah mengutus kami agar kami
mengeluarkan orang-orang yang Dia kehendaki dari penghambaan hamba kepada
penghambaan Allah semata. Dari kesempitan dunia menujukeluasannya. Dari
kelaliman agama-agama lain, menuju keadilan agama Islam. Lalu ia mengutus
utusannya dengan agama untuk makhluknya. Barang siapa yang menyambut kami, kami
akan sambut baik-baik, kami biarkan, tiadak akan kami ganggu di tanahnya.
Barang siapa yang membangkang, akan kami bunuh hingga kami mati syahid dan
masuk surga atau kami mendapat kemenangan yang gemilang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar